Kamis, 26 November 2015

Latar belakang kehidupan dan pembaharuan tokoh kristiani



1.  YOHANES CALVIN
a.   220px-John_Calvin_-_best_likeness.jpgLatar Belakang Kehidupan
Johanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, namun peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar di seluruh dunia. Gereja-gereja itu diberi nama Gereja Calvinis. Di Indonesia, gereja-gereja yang bercorak Calvinis merupakan golongan gereja yang terbesar.
Johanes Calvin dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah desa di sebelah utara kota Paris, Perancis. Ayahnya bernama Gerard Cauvin. Ibunya bernama Jeanne Lefranc. Ibunya adalah seorang wanita yang cantik dan saleh. Ia meninggal dunia tatkala Johanes Calvin masih muda. Gerard Cauvin bekerja sebagai pegawai uskup Noyon. Calvin memiliki empat saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan. Keluarga Calvin mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan elementernya ditempuh dalam istana bangsawan Noyon, Mommor, bersama-sama dengan anak-anak bangsawan itu. Itulah sebabnya maka Calvin memperlihatkan sifat-sifat kebangsawanan.
Pada mulanya ayah Calvin menginginkan anaknya untuk menjadi imam. Pada umur 12 tahun Calvin sudah menerima "tonsur" (pencukuran rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan ia sudah menerima upah dari paroki St. Martin de Marteville. Dengan penghasilan tersebut Calvin dapat meneruskan pendidikannya pada jenjang yang tinggi. Pada tahun 1523 Calvin memasuki College de la Marche di Park. Di sini ia belajar retorika dan Bahasa Latin. Bahasa Latin dipelajarinya pada seorang ahli bahasa Latin yang terkenal, yaitu Marthurin Cordier. Kemudian ia pindah ke College de Montague. Di sini Calvin belajar filsafat dan theologia. Di sekolah inilah Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola, yang dikemudian hari menjadi musuh besar gerakan reformasi.
Setelah Calvin menyelesaikan pendidikannya itu tiba-tiba ayahnya tidak menginginkan anaknya lagi untuk menjadi imam. Ayahnya menginginkan Calvin menjadi seorang ahli hukum. Oleh karena itu Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu hukum. Kemudian ia belajar juga di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa Yunani dan Ibrani dipelajarinya dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa terkenal pada abad itu. Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum. Studi hukumnya sangat mempengaruhinya dalam usaha pembaharuan dan penataan gereja reformasi yang dipimpinnya. Calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam gereja.
April 1532, Calvin menerbitkan bukunya yang pertama, yaitu: Komentar Kitab De Clementia. Dalam buku ini dipersembahkan kepada Claude de Hangest, sahabat sekolahnya di keluarga bangsawan Mommer, di Noyon dahulu. Buku itu memperlihatkan Calvin sebagai seorang humanisme sejati. Dalam buku ini tidak terdapat tanda-tanda bahwa Calvin telah beralih ke pihak reformasi di Perancis. Dapat diduga bahwa Calvin telah membaca tulisan-tulisan Luther dan para reformator Swiss lainnya. Bilamana Calvin menjadi pengikut gerakan reformasi tidak dapat ditentukan dengan tepat. Pertobatannya kemungkinan terjadi pada akhir 1532 dan awal 1533. Hal ini didasarkan kepada suratnya kepada Bucer, yang meminta kepada Bucer di Strausburg untuk memberi perlindungan kepada orang-orang reformatoris yang melarikan diri karena dihambat di Perancis. Surat tersebut ditulis Oktober 1533.

b.  Pembaharuan
Mengenai pertobatannya, Calvin menulis sebagai berikut: " . . . muncullah suatu ajaran yang baru, yang tidak membelokkan kami dari pengakuan Kristen, malah justru membawa kami kembali kepada sumbernya yang asli, menyucikannya dari segala noda, mengembalikan kepadanya kemurniannya yang semula. Tetapi aku benci kepada hal hal yang baru itu, dan sukar mendengarnya sekalipun. Dan pada mulanya aku menentangnya sekeras-kerasnya, karena aku telah menempuh jalan yang sesat dan penuh kebodohan. Tetapi berkat pertobatan yang tiba- tiba, Allah menujukan hatiku kepada kepatuhan".
Pada tahun 1534 golongan reformatoris di Perancis dihambat dengan keras. Orang-orang reformatoris menyelamatkan dirinya dengan melarikan diri ke Swiss. Calvin pun ikut melarikan diri ke Strausburg di mana ia diterima dengan hangat oleh Bucer. Kemudian Calvin meneruskan perjalanannya ke Basel. Calvin tinggal di Basel setahun lebih lamanya. Selama itu Calvin masih pergi ke Perancis mengunjungi sahabat-sahabatnya dengan memakai nama-nama samaran seperti: Martianus Lucanius, Carolus Passelius, Calpunius, dan sebagainya. Di Basel inilah Calvin menerbitkan bukunya yang terkenal itu, yaitu: Religionis Christianae Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen), tahun 1536. Biasanya dikenal dengan sebutan Institutio. Buku ini kemudian direvisi berkali-kali dan menjadi buku dogmatika yang terutama dalam gereja-gereja Calvinis. Institutio adalah karangan theologia yang kedua yang keluar dari tangan Calvin. Buku theologia yang pertama adalah berjudul: Psychopannychia (Mengenai Tidurnya Jiwa-Jiwa), suatu karangan melawan ajaran Anabaptis yang mengajarkan bahwa jiwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali setelah manusia itu meninggal.
Pada tahun 1536 Calvin pergi ke Italia. Dalam perjalanan pulang ke Basel ia terpaksa melalui Jenewa dan menginap di sana. Farel mendengar bahwa Calvin berada di Jenewa sehingga Farel mencari Calvin. Farel meminta kepada Calvin untuk tinggal di Jenewa dan bersama-sama dengan Farel menata kota Jenewa menjadi kota reformasi. Dua bulan sebelumnya Dewan Kota Jenewa telah memutuskan untuk menganut paham reformasi. Permintaan Farel ditolak oleh Calvin. Calvin mau hidup tenang dan terus menulis karya-karya theologia. Ia merasa tidak cocok dengan pekerjaan praktis dalam jemaat. Namun Farel mendesaknya dengan berkata: "Dengan nama Allah yang mahakuasa aku katakan kepadamu: jikalau engkau tidak mau menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan mengutuki engkau karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada kemuliaan Kristus". Calvin melihat panggilan Allah kepadanya lewat Farel sehingga ia tinggal di Jenewa. Kini Calvin tinggal di Jenewa bersama-sama dengan Farel mengatur gereja reformatoris di sana. Mereka merancangkan sebuah tata gereja yang mengatur seluruh kehidupan warga kota menurut cita-cita theokrasi. Menurut rancangan tata gereja itu dikatakan, bahwa Perjamuan Kudus diadakan sebulan sekali dan berhubungan dengan itu akan dijalankan disiplin yang keras. Setiap penduduk diwajibkan menandatangani sehelai surat pengakuan sebagai tanda bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan iman dan pengakuannya. Hal yang terakhir ini tidak disetujui oleh banyak warga kota. Pada tahun 1538 Dewan Kota dikuasai oleh orang-orang yang menolak pengakuan itu sehingga Calvin dan Farel dilarang berkhotbah di mimbar-mimbar gereja di Jenewa, dan pada akhirnya keduanya diusir dari Jenewa. Kemudian Calvin dipanggil oleh jemaat Strausburg. Ia menjadi pendeta di sana tahun 1539-1541. Dalam jemaat ini Calvin bersama-sama Butzer dapat menerapkan cita-cita yang gagal di Jenewa dahulu. Di sini Calvin mengusahakan nyanyian Mazmur dengan bantuan ahli musik terkenal; yaitu Clement Marot, Louis Bourgois dan Maitre Piere. Di sini pula Calvin mulai menulis tafsiran-tafsiran Alkitab serta merevisi Institutio. Di sinilah pula Calvin menikah dengan Idelette de Bure, seorang janda bangsawan. Pernikahannya hanya berlangsung sembilan tahun lamanya, karena kemudian istrinya meninggal tanpa memberi keturunan kepada Calvin.
Namun tahun 1541 Calvin dipanggil kembali oleh jemaat Jenewa sehingga kita menemukannya lagi di sana. Calvin tinggal dan bekerja di sini hingga meninggalnya, 27 Mei 1564, karena mengidap TBC.
Segera sesudah ia bekerja dalam jemaat Jenewa, Calvin menyusun suatu tata gereja baru yang bernama: Ordonnances Ecclesiastiques (Undang- undang Gerejani), 1541.
Calvin adalah seorang theolog besar dalam kalangan gereja-gereja reformatoris. Pandangan-pandangan theologianya dituangkannya dalam bukunya, Institutio.
Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide), sama seperti Luther. Namun Calvin sangat menekankan penyucian, kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang-orang Kristen yang bersyukur, karena Allah telah menyelamatkan mereka. Calvin menegaskan bahwa anggota-anggota jemaat yang berkumpul untuk mendengarkan Firman Allah dan untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus haruslah suci. Disiplin gereja diawasi dengan ketat. Pengawasan atas tingkah laku anggota jemaat bukan saja dilaksanakan oleh penatua, tetapi juga oleh pemerintah (Dewan Kota).
Hubungan gereja dan negara dalam theologia Calvin sangat erat. Calvin bercita-cita suatu negara theokrasi. Seluruh kehidupan masyarakat harus diatur sesuai dengan kehendak Allah. Pemerintah bertugas juga untuk mendukung gereja dan menghilangkan segala sesuatu yang berlawanan dengan berita Injil yang murni. Namun ini tidak berarti bahwa negara berada di bawah gereja. Gereja dan negara berdampingan. Keduanya bertugas untuk melaksanakan kehendak Allah dan mempertahankan kehormatan Tuhan Allah. Mengenai tugas negara, Calvin menulis sebagai berikut: "Pemerintah diberi tugas untuk, selama kita hidup di tengah-tengah orang-orang, mendukung serta melindungi penyembahan Allah yang lahiriah, mempertahankan ajaran yang sehat tentang ibadah dan kedudukan gereja, mengatur kehidupan kita dengan melihat kepada pergaulan masyarakat, membentuk kesusilaan kita sesuai dengan keadilan seperti yang ditetapkan oleh Undang-undang negara, menjadikan kita rukun dan memelihara damai serta ketentraman umum.... "
Mengenai jabatan-jabatan dalam gereja Calvin mengenal empat jabatan yaitu, pendeta, pengajar, penatua dan diaken. Pendeta-pendeta bersama-sama dengan para penatua merupakan konsistori, yaitu majelis gereja yang memimpin jemaat dan yang menjalankan disiplin gereja. Peraturan pemilihan dan penahbisan pejabat-pejabat gereja itu diatur dengan teliti, terutama jabatan pendeta.
Mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah pemberian Allah dan bukan perbuatan manusia. Roti dan anggur bukan saja lambang, melainkan alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus kepada umatNya. Akan tetapi Kristus kini ada di surga. Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama saja dengan tubuh dan darah yang di dalam surga itu, melainkan harus dianggap sebagai tanda dan meterai dari anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus. Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan oleh tanda itu. Calvin menjelaskannya sebagai berikut: "Sebagaimana orang yang percaya itu sungguh menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga". Dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, Calvin sangat teliti.
Calvin di dalam ajarannya juga menekankan predestinasi di samping pembenaran oleh iman. Menurut Calvin bahwa sejak kekal Allah di dalam diri-Nya sendiri telah menetapkan orang-orang mana yang diberiNya keselamatan dan yang mana yang dibinasakan. Orang-orang yang dipilih Tuhan itu diberi anugerah dengan cuma-cuma sedangkan orang-orang yang ditolak Allah, Allah menutup jalan masuk ke dalam kehidupan. Calvin mengatakan hal ini sungguh sulit dipahami. Tanda- tanda bahwa seseorang ditetapkan Allah untuk kehidupan yang kekal ialah bahwa ia (mereka) dipanggil oleh Tuhan Allah dan mereka menerima pembenaran dari Allah. Ajaran Calvin mengenai predestinasi ini menyebabkan timbulnya perpecahan dalam gereja-gereja Calvinis di kemudian hari. Pada masa Calvin masih hidup, Hieronymus Bolsec telah menyerang ajaran predestinasi ini. Calvin membela kebenaran ajarannya dan ia menganjurkan kepada Dewan Kota untuk membuang Bolsec. Dengan demikian Bolsec diusir dari kota Jenewa.
Calvin juga melawan ajaran Antitrinitarian yang diajarkan oleh Michael Servet. Pada waktu Servet berada di Jenewa dalam pelarian dari hukuman mati yang telah dijatuhkan oleh Gereja Katolik Roma ke atasnya, Dewan Kota Jenewa menangkap dan memenjarakan Servet atas permintaan Calvin. Atas anjuran para pendeta dan tentunya termasuk Calvin di dalamnya, supaya kepala Servet dipenggal maka Dewan Kota memenggal kepala Servet pada tahun 1553.
Di Jenewa, Calvin juga mendirikan sekolah-sekolah. Di Jenewa didirikan sebuah Akademi yang memiliki dua bagian, yaitu gymnasium dan theologia. Theodorus Beza diangkat menjadi direktur Akademi tersebut. Di Akademi inilah dipersiapkan pemuda-pemuda Calvinis yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin gereja Calvinis yang terkenal, seperti John Knox, Caspar Olevianus, pengarang Katekismus Heidelberg yang terkenal itu.
Banyak sekali pekerjaan yang dikerjakan oleh Calvin tanpa mengenal lelah. Sejak tahun 1558 penyakitnya mulai berat. Sebelum meninggalnya, ia meninggalkan banyak pesan kepada jemaatnya dan kepada Theodorus Beza, yang akan menggantikan kedudukannnya di jemaat Jenewa. Dewan Kota dan para pendeta dipanggilNya untuk mendengarkan nasihat-nasihatnya. Pada tanggal 27 Mei 1564 Calvin meninggal dunia dengan tenang. Ia pergi dengan meninggalkan pekerjaan yang berat kepada Theodorus Beza. Namanya dikenang sepanjang sejarah di seluruh dunia dengan terpatrinya gereja Calvinis.

2.  Martin_Luther,_1529.jpgMARTIN LUTHER
a. Latar Belakang
1. Banyaknya penyimpangan keagamaan diantaranya yaitu:
Dilakukannya penyogokan oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka    memperoleh kedudukan sosial keagamaaan yang tinggi.
Paus sebagai bapak suci berperilaku amoral yang menyangkut hubungannya dengan wanita seperti Alexander VI yang memiliki 8 anak haram dari hasil hubungannya dengan wanita simapannya.
   Penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies).
Adanya penyimpangan terhadap acara sakramen suci atau ritus pemujaaan terhadap benda-benda keramat atau tokoh-tokoh suci yang nantinya akan menimbulkan takhayul dan mitologisasi yang tidak masuk akal, seperti para pastor yang semata-mata merupakan manusia yang memiliki sifat yang sama dengan yang lainnya menganggap dirinya keramat.
           2. Korupsi atas nama negara
           3. Pajak-pajak yang memberatkan karena ambisi kekuasaan kaum bangsawan lokal
4. Kebangkitan nasionalisme di Eropa
5. Perkembangan kapitalisme dan krisis-krisis ekonomi dikawasan imperium Roma.

Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanya Martin Luther. Mengapa terjadi di Jerman? Menurut Burns dan Ralph dalam Suhelmi, Ahmad 2001:149-150. Ada beberapa faktor yakni: (1) jerman yang sekitar abad XV-XVI masih merupakan negara agraris atau negara yang masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Sektor Industri perdagangan dan manafaktur belum berkembang seperti di Inggris dan Italia. Dan Katolisisme yang konservatif paling kuat ada di Negara ini. Penyembahan terhadap tokoh ataupun benda-benda keramat dianggap kepercayaan yang wajib di yakini. Penjualan surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa. (2) rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikan tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas.
Faktor-faktor tersebut belum berdampak serius untuk munculnya gerakan reformasi, tetapi faktor fundamental yang memicu munculnya gerakan reformasi adalah pada saat itu jerman berada dalam fase transisi ekonomi, dimna jerman sedang berusaha berpindahdari masyarakat Feodal ke masyarakat ekonomi frofit (menuju masyarkat kapitalis). Fase transisi ini , sebagaimana di negara-negara lain, merupakan fase kritis dan rawan. Gerakan-gerakan sosial, keagamaan atau pun politik akan mudah terjadi hanya karena dimu,ai oleh kerusuhan-kerusuhan kecil.
Dalam keadaan seperti itu, munculah sosok Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya pembaharuan keagamaan. Ia mencetuskan gerakan Reformasi Protestan di Jerman dengan melakukan berbagai protes sosial-keagamaaan kepada kekuasaan Paus. Melihat berbaga penyimpangan keagaman di Negerinya (Jerman) ia bergerak untuk memprotesnya. Puncaknya ketika Paus menjual susrat-surat pengampunan dosa di luar batas.
Gerakan Reformasi Luther dimulai ketika ai membacakan 99 pernyataan protes terhadap gereja dan lembaga kepeusan yang menjual surat-surat pengampunan dosa itu. Martin Luther menilai penjualan surat-surat itu bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus. Pembelia surat-surat itu tidak boleh dipaksakan, harus didasarkan atas kesukarelaan. Berbuat kebajikan seperti memberi makan fakir miskin dan meminjamkan uang kepada yang membutuhkan jauh lebih utama dari membeli surat-surat pengampunan dosa. Gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak memberikan pengampunan dosa. Hanya Tuhan, atas dasar kepercayaan dan amal soleh individu, yang berhak memberikan pengampunan dosa. Inilah yang dinamakan doktrin Justification by Faith.
Atas dasar keyakinannya pula Martin Luther menentang doktrin sakramen suci gereja, pastor sebgai mediator antara manusia dengan Tuhan, penyembahan benda dan tokoh keramat, karena menimbulkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis. Ia beranggapan bahwa, sakramen hanyalah berguna untuk membantu keimanan tetapi sama sekali bukan alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan. Mitos keajaiban pastor ditentamgnya karena akan mengakibatkan terjadinya manipulasi dan pembodohan manusia.
Menurut Luther, apabila manusia ingin selamat ia harus melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dianjurkan tuhan, banyak bertobat (langsung) kepada tuhan tanpa melalui pelantara pastor. Keselamatan bisa diraih manusia apabila ia bisa mengenyahkan nafsunya, seperti nafsu serakah, nafsu tamak dan mementingkan diri sendiri. Dalam tulisannya, ON Christian Liberty (Suhelmi, Ahmad 2001:151), Luther menegaskan bila seorang memiliki keimana pasti ia akan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Doktrin keimanan dan berbuat baik ini merupakan wacana yang telah mendesakralisasi lembaga imamat. Doktrin-doktrin Martin Luther ini meruntuhkan mitos-mitos kesucian yang berada dibalik kekuasaan gereja dan lembaga-lembaga imamat. Luther beranggapan ia telah melakukan Debunking (meminjam istil;ah peter berger), atau penelanjangan mitos-mitos sosial dan keagamaan yang melekat pada individu atau lembaga, sehingga nampak sosoknya yang asli.
Desakralisasi itu menimbulkan tuntutan agar manusia dianggap sama dihadapan tuhan, sehingga tidaklah ada kelebihan pastor dibandingkan dengan masyarakat biasa melainkan karena amal perbuatannya.dan pengikut Luther pun menolak hirarki kependetaan.
Selain itu, Luther juga menolak tradisi keagamaan yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya, yakni hak istimewa pastor dalam membacakan dan menafsirkan kitab suci. Menurutnya siapa pun pengikut Kristus, bukan hanya kaum pendeta saja, berhak membaca dan menafsirkan Alkitab. Alkitab harus terbuka bagi semua orang agar isi kebenarannya diketahui semua orang, tidak terbatas kaum pendeta saja. Sehingga tidak terjadi monopoli kebenaran oleh segelintir pemuk agama. Dan protes ini berdampak luas, kebenaran agama kemudian menjadi bersifat interpretable dan multi-interpretasi. Pastor dan pemuka agama bukan satu-satunya penafsir kebenaran.
Dan dengan adanya protes tersebut, lebih jauh lagi para pengikut Luther menterjemahkan Alkitab yang tadinya berbahasa Latin menjadi bahasa Jerman, dan mengahpuskan bahasa latin sebagai bahasa Alkitab. Dengan demikian bangsa Jermana akan secara langsung membaca dan menafsirkan Alkitab.
Luther juga telah mengoyahkan sendi-sendi monastisisme katolik yakni dengan menganjurkan perkawinan bagi para pastor. Karena ia menyadari banyaknya tindakan tidak terpuji menyangkut hubungan dengan wanita bagi para pastor. Perkawinan menurutnya bukanlah suatu dosadan merupakan tuntutan biologis yang patut dipenuhi. Dan meneknkan bahwa perkawinan itu penting. Tokoh Reformasi ini juga tidak setuju dengan prinsip monastisisme yang menghendaki pastor hidup terpencil, jauh dari hiruk pikuk demi untuk menyucikan diri. Kehidupan ekslusif seperti itu bukalah cara yang tepat untuk mensucikan diri dan mencari jalan keselamatan. Kemudian Luther menawarkan gagasan worldly ascetism (aksetisme duniawi).
Bukan hanya itu saja, Luther mengkritik dan menentang doktrin politik gereja katolik Roma. Misalnya menentang doktrin kekuasaan universal Paus, menurutnya kekuasaan paus tidak universal karena paus juga harus mengakui kekuasan para pangeran atau penguasa sekuler suatu negra memiliki prinsip-prinsip kenegaraan yang berdasarkan nasionalisme. Ia juga menuntut dibedakannya otoritas politik dan otoritas agama, paus dituntut agar mematuhi dan mangakui otoritas politik penguasa negra dan tidak mencampur-adukannya dengan otoritas agama. Karena gagasannya itu, Luther memperoleh dukungan politis dari kalangan penguasa dan bangsawan. Tuntutan-tuntutan Martin Luther ini terdapat dalam 95 dalil Luther yang ia pakukan atau tancapkan di pintu gereja sebagai tanda protesnya.
b.  Pembaharuan
Dampak dari adanya Gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther dan Calvin adalah: pertama, dampak sosial dan politikterhadap Eropa dan negara-negara Barat pada umumnya. Reformasi ini menimbulkan Western Christendom sehingga munculnya negara-negara nasional kecil tanpa memiliki pusat kekuasaan atau gembala politik seperti lembaga Kepausan Roma. Menumbuhkan benih-benih demokratisasi politik, kesadaran individual akan pentingnya hak-hak politik, kebebasan individu. Sehingga menjadi dasar timbulnya gerakan-gerakan demokratisasi yang dan anti kekuasaan totaliter dan keberanian rakyat untuk selalu melakukan kontrol terhadap kekuasaan.
Tetapi dengan adanya gerakan reformasi Protestan ini juga lahirnya kekuasaan absolut di Eropa. Banyaknya pertikaian antara Calvinisme dengan katolik, peperangan saudara dan penghancuran karya-karya seni, patung, lukisan yang berbau katolisisme. Reformasi juga haris bertanggung jawab atas terjadinya pembantaian massal dalam peristiwa berdarah pada malam St. Bartholomeus. Di Belanda pun terjadi pemberontakan petani yang menolak membayar pajak dan akhirnya oleh pangeran Philip mereka semua dibantai. Dan pengikut Protestan dianggap pengkhianat dan selama enam tahun terjadi teror dan pembunuhan terhadap kaum protestan.
Kedua, Reformasi juga mengakibatkan terbelahnya agama Kristen menjadi sekte-sekte kecil; Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme, Quakerisme, Katholikisme. Meskipun ditunjau dari segi doktrin-doktrin fundamentalnya sekte-sekte itu tidak memiliki prinsip yang berbeda, tetapi timbulnya hal tersebut menyebabkan keretakan serius dalam agama kristen. Akibat adanya sekte-sekte ini, Eropa terbelah secara keagamaan; Jerman Utara dan negara-negara Skandinavia (Swedia dan Norwegia), menganut Lutheranisme; Skotlandia, Belanda, Switzerland dan Prancis menganut Calvinisme dan negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol dan Italia menganut katolisisme (Ortodoks).

3.  JOHN KNOX
John Knox adalah salah seorang tokoh yang memengaruhi gerakan reformasi di Skotlandia. Ia merupakan salah satu murid Calvin di Jenewa, sehingga pengaruh teologi Calvinis sangat kental dalam dirinya. Menurut Knox, kekristenan dan kemerdekaan nasional harus dapat ditemukan bersama, karena keduanya merupakan suatu pergumulan yang dapat diselesaikan bersama
a.   Latar Belakang
John Knox lahir sekitar tahun 1513 di Haddington, tidak jauh dari Edinburgh. Ia belajar di Universitas St. Andrews lalu ditahbiskan menjadi imam Katolik tahun 1536 dan menjadi seorang notaris kepausan tahun 1540. Perpindahannya menjadi seorang protestan, menjadi sebuah misteri yang terselubung.
160px-KnoxMaryLongBeachCovenantPC.jpgSetelah terlibat dalam Reformasi Skotlandia sebagai pengkhotbah dan pengajar, kematian Edward VI tahun 1553 dan penobatan Mary I (seorang Katolik yang saleh), mendorong Knox meninggalkan Britania menuju ke Eropa. Ia pernah tinggal di Inggris pada bagian akhir pemerintahan Edward VI dan ikut dalam tahap-tahap terakhir penyelesaian Book of Common Prayer dari Cranmer pada 1552, serta pernah menjadi gembala jemaat Inggris dalam pelarian di Frankfurt (tempat ia terlibat pertikaian). Kemudian Knox memulai perjalanannya ke Prancis menjadi budak kapal selama sembilan belas bulan, baru kemudian ke Genewa. Di sana ia belajar di bawah bimbingan Calvin


                                               


Lukisan di jendela, Knox membaptis Mary, Ratu Skotlandia.






Pada tahun 1559, Knox kembali ke Skotlandia dan membantu memperbaharui gereja di sana. Ia merupakan salah satu dari enam tokoh reformasi terpenting di Skotlandia. Knox meninggal tahun 1572. Sama seperti kelahirannya, kita tidak memiliki bukti langsung tentang kelulusannya, karena itu kita tidak mengetahui kapan tepatnya Knox lulus dari universitas.
b.  Pembaharuan
Pada tahun 1543, Knox bertemu George Wishart,9 dan melalui karya Roh Kudus, ia bertobat ketika membaca Yohanes 17 yang berisi "Doa Imam Besar" Kristus bagi murid-murid-Nya dan bagi orang-orang yang percaya melalui kesaksian mereka. Dari isi pasal inilah muncul tema surat-surat, pamflet, dan khotbah-khotbah Knox: pertama, keselamatan Kristen hanya melalui iman kepada Yesus Kristus; kedua, orang Kristen dipanggil untuk melayani Kristus; ketiga, sebagai akibatnya, orang Kristen menjadi musuh dunia, namun mereka memiliki jaminan hidup yang kekal.
Wishart dieksekusi oleh gereja di muka St. Andrews. Eksekusi ini memberi pengaruh yang dalam terhadap Knox. Lima minggu terakhir bersama Wishart telah mempersiapkannya untuk menjadi reformator pada masa mendatang. Dampak lain dari kematian Wishart terhadap Knox adalah hal itu menimbulkan kebencian yang besar terhadap kardinal dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
Setelah serangan terhadap St. Andrews tersebut, Knox melanjutkan pelayanannya di sana sebagai "Peniup Trompet Allah". Pada tahun 1547, Perancis merebut St. Andrews dan ia dikirim ke kapal-kapal.
Kemudian setelah dilepaskan pada tahun 1549, Knox melayani gereja-gereja di Inggris dan ditawari jabatan bishop, namun ia menolaknya. Pada tahun 1551, ia ditunjuk menjadi salah seorang pendeta kerajaan. Belakangan, ia melayani jemaat-jemaat di Jerman dan Swiss, dan sangat dipengaruhi oleh Calvin di Jenewa. Tahun 1559, ia kembali ke Skotlandia dan menolong rakyat dalam gerakan reformasi serta memertahankan iman Protestan. Selama perjuangannya melawan Mary Stuart, ia menerima pelayanan untuk jangka waktu yang singkat di St. Andrews dan melayani sebagai pendeta di Edinburgh hingga kematiannya pada tahun 1572.11
Rangkuman
Setelah mengamati situasi politik di Skotlandia, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
  1. Perkembangan reformasi di Skotlandia bergantung pada siapa yang berkuasa pada saat itu.
  2. Berkaitan dengan kasus Mary Stuart dan Elizabeth, kita dapat melihat bagaimana gereja dan negara berusaha untuk saling menyenangkan satu sama lain. Gereja yang dapat bekerja sama dengan penguasa akan memiliki kuasa yang besar, demikian pula halnya dengan penguasa yang dapat bekerja sama dengan gereja akan mendapatkan dukungan yang besar bagi kekuasaannya.
  3. Kekuasaan besar yang dimiliki gereja tampaknya disalahgunakan oleh pemimpin gereja saat itu dengan menggunakan otoritas seorang pemimpin sebagai standar untuk menilai suatu situasi, menggantikan Alkitab. Keputusan-keputusan diambil secara pragmatis, yaitu berdasarkan apa yang menguntungkan atau bermanfaat bagi gereja dan penguasa, bukan berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
Pandangan John Knox Tentang Reformasi Gereja Dalam Hal-Hal Praktikal Dan Sakramen
Berdasarkan latar belakang sejarah pada saat itu dan kehidupan pribadi Knox, penulis akan membahas pandangannya tentang reformasi praktikal gereja dan sakramen.
Reformasi Gereja dalam Hal-Hal Praktikal
Pandangan Knox tentang reformasi gereja dalam hal-hal praktikal direfleksikan dalam "Book of Discipline and the Scot Confession", namun dalam artikel ini penulis akan menguraikan pandangannya tentang isu ini sesuai dengan yang ia tulis dalam "Brief Exhortation to England" yang diselesaikan pada bulan Januari 1559.12
Knox memberikan nasihat khusus kepada Inggris untuk reformasi gereja mereka, dan mengawali nasihatnya itu dengan memberikan dasar yang biblikal, yakni bagaimana reaksi Allah terhadap perzinahan yang telah dilakukan Israel dan apa yang seharusnya dilakukan oleh umat Allah agar dapat diterima di hadirat Allah.13 Berikut ini adalah nasihat Knox yang didasarkan pada perspektif biblikalnya:
  1. Langkah pertama untuk mereformasi gereja adalah pertobatan di dalam gereja itu sendiri.14
  2. Kita tidak boleh mengizinkan orang-orang yang tidak dipanggil oleh Allah dan yang tidak memiliki pengertian yang benar tentang firman Allah serta tidak menundukkan diri mereka sendiri kepada firman Allah, ditempatkan dalam posisi apa pun di antara jemaat Kristus.15
  3. Knox memberi peringatan atas penyalahgunaan-penyalahgunaan yang diakibatkan oleh adanya pendeta yang memegang jabatan rangkap di beberapa gereja. Setiap pendeta harus memegang satu jabatan dan berhak memeroleh gaji tetap yang cukup. Seorang pendeta tidak bebas untuk berkhotbah di mana pun ia mau, namun hanya di tempat-tempat di mana mereka telah ditugaskan oleh gereja, karena hanya dengan cara inilah kebutuhan akan adanya pengkhotbah di seluruh gereja di Inggris akan terpenuhi.

4.  ZWINGLI
a.   Zwingli_statue.jpgLatar  Belakang
Teologi di kalangan Protestan: Zwingli mengenai sakramen
            Hampir semua orang mengenal Martin Luther dan Yohanes Calvin. Mereka memiliki banyak pengikut dan ajaran mereka juga tersebar dimana-mana, bahkan ajaran-ajaran gereja kita di sini juga banyak dipengaruhi oleh ajaran mereka. Sebut saja Gereja HKBP yang menganut ajaran Luther (Lutheran) dan Gereja GBKP yang menganut ajaran Calvin (Calvinisme). Namun tidak demikian halnya dengan Ulrich Zwingli yang juga merupakan salah satu tokoh reformator besar berbarengan dengan Luther dan Calvin.
Ulrich Zwingli adalah seorang pakar Alkitab yang lahir di Wildhaus, Swiss pada tanggal 1 Januari 1484 dan meninggal pada tanggal 11 Oktober 1531 karena terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan kanton-kanton Katolik di Kappel am Albis. Dia adalah pemimpin Reformasi Swiss sekaligus pendiri Gereja Reformasi Swiss pada tahun 1523. Sumbangsihnya di bidang pembaharuan Gereja dan Masyarakat seolah tenggelam tertutupi oleh sumbangan pemikiran dari Luther dan Calvin karena pada masa hidup Zwingli berbarengan dengan masa hidup Luther, selain itu disebabkan juga oleh karena Zwingli pernah menolak ajaran Gereja Katolik Roma yang hanya beberapa tahun setelah Luther. Selain itu, alasan lain yang membuat karier Zwingli kurang kelihatan mungkin adalah karena perbedaan-perbedaan teologinya dengan Luther. Bagi Luther pemikiran Zwingli terlalu humanistik dan patrioristis. Perbedaan pendapat antara Zwingli dengan Luter dan Calvin mengenai sakramen sangat terasa.
Sakramen berasal dari bahasa Latin, sacramentum, artinya adalah tanda yang kelihatan dari rahmat Allah yang dikaruniakan kepada orang-orang percaya. Pada mulanya jumlah sakramen belum tetap. Petrus Lombardus menyebutkan ada tujuh sakramen, yaitu baptisan, konfirmitas, ekaristi, tobat, urapan, tahbisan, dan pernikahan. Gereja Timur dan Gereja Anglikan menerima ketujuh sakramen ini, namun Gereja-gereja Prostestan hanya menerima dua sakramen, yakni Baptisan dan Perjamuan Malam atau Perjamuan Kudus. Zwingli mengutarakan dua ajaran tentang sakramen, yakni sakramen Baptisan dan sakramen Perjamuan Malam. Perbedaan ajaran Zwingli mengenai sakramen tidak terlalu menonjol dalam sakramen Baptisan karena hampir sama dengan yang diutarakan oleh Luther. Namun mereka berbeda pendapat dalam ajaran sakramen Perjamuan Malam. Perbedaan itu disebabkan oleh karena karakter, sifat, dan latar belakang mereka yang berbeda. Luther adalah seorang biarawa yang bergumul dengan skolastik dari abad-abad pertengahan, sedangkan Zwingli lebih banyak dibentuk oleh humanism, ia tidak mudah terharu dan lebih banyak bersifat rasional.
Perbedaan pendapat antara mereka tentang sakramen khususnya mengenai sakramen Perjamuan Malam membuat keduanya terpisah dan menempuh jalan mereka sendiri-sendiri. Menurut Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci, yang oleh kuasanya dapat membebaskan hati nurani manusia dari dosa. Sakramen adalah jaminan, janji atau sumpah untuk membuktikan kerelaan dirinya untuk mendengarkan dan menaati firman Allah bukan misteri atau rahasia dan juga tidak berarti mengandung sesuatu yang suci atau sakral. Sedangkan Luther menyebut sakramen adalah sebagai meterai atau tanda perjanjian, maksudnya adalah baptisan secara kelihatan yang mengesahkan dan menjamin janji-janji Allah secara sah. Secara sekunder baptisan itu dipahami sebagai janji ketaatan oleh manusia. Namun bagi Zwingli, sakramen terutama adalah suatu tanda perjanjian yang menunjukkan bahwa semua yang menerimanya rela memperbaiki hidupnya untuk mengikut Kristus. Ia juga mengungkapkan bahwa sakramen Baptisan adalah suatu tanda yang mewajibkan kita untuk mengikat diri pada Kristus. Singkatnya, bagi Luther, sakramen adalah suatu tanda pembebasan manusia dari segala bentuk dosanya, sedangkan bagi Zwingli, sakramen adalah hidup baru di dalam Kristus. Zwingli tidak setuju dengan pendapat Luther itu karena menurutnya sakramen tidak dapat melakukan penyucian dan penebusan dosa, baginya hanya Allah saja yang dapat mengampuni dosa.
b.  Pembaharuan
Pertemuan Dewan Kota dengan jemaat Zurich menghasilkan putusan bahwa misa harus dihapus dan digantikan dengan Perjamuan Malam. Bagi Zwingli, Perjamuan Malam adalah “perjamuan peringatan” yang gembira dan pengucapan syukur umum atas segala pemberian yang Kristus berikan kepada kita. Oleh karena adanya partisipasi kita di dalamnya, kita menyatakan bahwa kita tergolong pada orang-orang yang hidup dari pemberian-pemberian Kristus. Bagi Zwingli, Perjamuan Malam adalah suatu peringatan akan Kurban Kristus (didasarkan atas kesaksian Surat Ibrani 9:12; 10:10-14), roti dan anggur dalam Perjamuan Malam hanyalah simbol dari tubuh dan darah Kristus. Dari perkataan itu ia sebenarnya tidak mengakui “prasentia realis” (kehadiran Kristus yang sesungguhnya ada dalam Perjamuan Malam). Jadi yang terpenting dalam Perjamuan Malam menurut Zwingli adalah bahwa sakramen bukanlah alat keselamatan dari Yesus yang dilahirkan sebagai manusia tetapi Kristus yang disalibkan ke dalam maut. Yesus sebagai manusia tidak dapat menyelamatkan kita, tetapi yang menyelamatkan kita adalah Kristus yang diserahkan ke dalam maut. Zwingli menghendaki kesederhanaan dalam Perjamuan Malam, yakni cawan dan piringnya harus terbuat dari kayu, karena yang terpenting bukanlah cawannya melainkan maknanya. Pada saat perjamuan orang-orang percaya dan mengikut Kristus dan mereka berjanji untuk setia kepadaNya.
Toleransi dan intoleransi: Puritanisme, penyebabnya dan akibatnya bagi kekristenan di Inggris

Bagi sebagian orang, kaum Puritan adalah sekelompok orang fanatik berpikiran picik yang memiliki kenangan semu dan selalu ingin berontak. Padahal tidak demikian. Istilah Puritan berasal dari kata pure, murni. Nama ini dikenakan pada suatu gerakan yang berusaha untuk memperbaharui Gereja Anglikan dari sisa-sisa Gereja Katolik Roma di Inggris. Puritanisme adalah gerakan reformasi yang terorganisir secara longgar yang berasal Reformasi Inggris pada abad ke 16 di bawah pemerintahan Ratu Elizabeth I (1559-1603) hingga akhir abad ke 17. Bentuk pertama dari Gerakan puritanisme adalah kecintaan yang mendalam terhadap firman Allah. Namun pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, Gereja Anglikan yang merupakan gerja pemerintah memperlihatkan perbedaan yang besar mulai dari bentuk, upacara  hingga struktur episkopalnya serta kebiasaan lainnya.
Kaum Puritan Independen telah menciptakan sesuatu yang baru bagi Inggris. Untuk pertama kalinya, ada toleransi bagi sebagian besar Protestanisme tanpa ada unsur  Roma Katolik atau Quakerisme. Puritanisme pada dasarnya adalah anti-Katolik, mereka merasa bahwa Gereja Inggris masih terlalu dekat dengan Katolik dan perlu direformasi lebih lanjut. Awalnya Gereja Anglikan yang juga menganut ajaran Calvinis sepaham dengan kaum Puritan, namun semakin lama Gereja Anglikan semakin menjurus ke arah ajaran Katolik Roma. Oleh karena itu terjadilah perpecahan antara kaum puritan dengan Gereja Anglikan. Penyebab terjadinya perpecahan gereja di Inggris itu adalah perbedaan pendapat dan aliran antara mereka.
Perbedaan yang ada itu dipengaruhi juga oleh pemerintah yang bersifat otoriter dan memihak Gereja Anglikan yang merupakan gereja pemerintah pada masa itu. Pemerintah Inggris tidak menginginkan adanya perubahan terhadap Gereja Anglikan, sementara kaum puritan sangat menginginkan perubahan itu. Oleh karena keinginan kaum puritan ini di tolak, maka hampir semua pendeta kaum Puritan meninggalkan Gereja Inggris, menuju Amerika dengan tujuan mencari dunia baru demi kebebasan beragama. Sebab mereka merasa bahwa Gereja Inggris adalah toleran terhadap praktek-praktek yang mereka berhubungan dengan Gereja Katolik dan mereka tidak memiliki kebebasan beragama lagi di Inggris.
Kaum Puritan mengambil komitmen yang kuat dalam Kitab Suci dan teologi yang menekankan konsep perjanjian. Mereka menerima keyakinan bahwa Kitab Suci harus mengatur struktur gerejawi dan perilaku pribadi. Oleh karena itu, hadirnya Alkitab King James Version merupakan salah satu sumbangsih dari kaum puritan. Salah satu tokoh puritan adalah Oliver
Top of Form
Bottom of Form

5.  200px-Jwesleysitting.JPGJOHN WESLEY
John Wesley (lahir di Epworth, 28 Juni 1703 – meninggal 2 Maret 1791 pada umur 87 tahun) adalah seorang teolog Inggris. John merupakan anak seorang pendeta dari gereja Anglikan. Ayahnya bernama Samuel Wesley dan ibunya adalah Susanna Annesley. John juga memiliki seorang adik yang dilahirkan pada tahun 1707 (Charles Wesley  Ia dikenal sebagai pendiri Gereja Metodis.
John Wesley hidup di tengah-tengah masyarakat Inggris yang sedang terbagi dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas bangsawan, kelas menengah dan kelas bawah.  Pada saat itu juga, terjadi kesenjangan sosial antara kelas bawah dan kelas mengengah ke atas.  Kesenjangan sosial ini dipengaruhi oleh sistem ekonomi industri hasil dari Revolusi Industri.  Wesley melihat ketimpangan antara si kaya dan si miskin.  Sekelompok orang yang berkuasa terus memperkaya diri mereka, sementara itu sebagian besar rakyat kelas bawah menderita kelaparan dan terjangkit penyakit.
Pada tahun 1714 John masuk ke sekolah Chartehouse di London. Ia belajar di sekolah tersebut hingga tahun 1720 kemudian pindah ke universitas Oxford.Pada tahun 1724, ia mendapat gelar sarjana muda dan menerima jabatan diaken pada tahun 1725 Selanjutnya pada tahun 1726, dia menjadi asisten dosen di Lincoln College, Oxford sambil menyelesaikan gelar sarjananya. Pada tahun 1727, dia berhasil mendapat gelar sarjana kemudian diangkat menjadi imam pembantu ayahnya di Epworth. Pada tahun 1735, Wesley pergi untuk menginjili ke daerah Georgia.   Namun, ia tidak berhasil melakukan penginjilan di Georgia. 
Pada waktu John Wesley kembali ke Inggris pada tahun 1738, ia semakin menyadari kebutuhan spiritualnya.   Ia mulai menyadari bahwa ia dipanggil untuk memberitakan Injil kepada seluruh bangsa Inggris.   Dalam perjalanannya di sekeliling Inggris, ia berhasil memikat banyak orang, khususnya kaum buruh, untuk percaya kepada Injil. 
Pokok Pemikiran
Pembenaran dan Pengudusan
John Wesley sangat menekankan doktrin pembenaran dan pengudusan. Dasar dari konsep pembenaran adalah konsep manusia yang berdosa dan benar-benar terpisah dari Allah sehingga tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri, serta Allah yang begitu mengasihi manusia dan berkenan menyelamatkan sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, keselamatan adalah benar-benar anugerah dari Allah belaka dan manusia menerima pembenaran dari Allah.Wesley memiliki doktrin tentang “jaminan” yang membuatnya berbeda dengan para reformator dan Gereja Katolik Roma, yaitu konsep kepastian yang sungguh tentang keselamatan sehingga tidak perlu ada keraguan dan pertanyaan tentang keselamatan, ataupun pekerjaan manusia yang dilakukan untuk mendapatkan ataupun memastikan keselamatan itu.
Akan tetapi, pembenaran dan jaminan hanyalah awal. Manusia berdosa yang telah mendapatkan pembenaran Allah harus melanjutkan proses “pengudusan” dalam seluruh kehidupannya hingga akhir masa hidupnya. Proses pengudusan ini sangat ditekankan Wesley dalam doktrinnya mengenai “kesempurnaan Kristen” (en.Christian Perfection). “Kesempurnaan Kristen” tidaklah berarti bahwa manusia dapat menjadi sempurna seperti Allah atau benar-benar lepas dari kesalahan moral. Wesley tetap menyadari keterbatasan manusia dan bahwa hanya Allah yang memiliki kesempurnaan absolut dan percaya bahwa kesempurnaan manusia baru datang dalam kehidupan mendatang di dalam Kristus, namun ia juga percaya bahwa pemulihan Kristus dimulai sejak manusia menjalani kehidupannya yang terbatas dan kesempurnaan juga dimulai pada kehidupan ini.
Sebenarnya apa yang Wesley maksudkan dengan doktrin ini adalah kesempurnaan dalam kasih, yaitu bagaimana menjadi seseorang yang sungguh-sungguh dipenuhi kasih yang tidak lagi diperbudak oleh kepentingan diri, melainkan senantiasa mengasihi Allah dan sesama. Untuk dapat menjalani proses kesempurnaan tersebut sepanjang kehidupan ini, maka Wesley menerapkan disiplin moral yang keras terhadap anggotanya.
Dengan demikian ada tiga poin yang menjadi dasar pemikiran Wesley dalam doktrin “kesempurnaan seorang Kristen”, yaitu (1) pembenaran, dalam pemikiran Reformasi, tidak cukup bila tidak membawa orang pada transformasi kehidupan; (2) bahwa anugerah yang manusia terima melalui Kristus mampu untuk melakukan transformasi hidup manusia; (3) bahwa kasih adalah esensi dari kehidupan baru dalam Kristus.
Etika John Wesley
Uang
Sumber pemikiran Wesley paling penting dalam pembicaraan mengenai uang dan konsep ekonominya adalah sebuah kotbahnya yang berjudul “The Use of Money”(Inggris). Isinya dapat diringkaskan dalam tiga hal: (1) mengumpulkan sebanyak kita bisa, (2) menyimpan sebanyak yang kita bisa, dan (3) memberi sebanyak yang kita bisa. Maksud pernyataan (1) ialah kita harus produktif dalam bekerja. Maksud pernyataan (2) adalah supaya kita bijaksana dalam menggunakan uang dan tidak boros. Kemudian pernyataan (3) berkata bahwa dalam memberi, kita adalah pelayan-pelayan Tuhan yang menyadari semua adalah milik-Nya.
Jika melihat ajaran Wesley ini tanpa melihat konteksnya, seolah kita akan melihat ajaran ini seperti ajaran Calvinis yang, menurut penelitian Max Weber, merupakan spirit kapitalisme karena mengajarkan orang untuk bekerja keras dan menabung sebanyak-banyaknya untuk menjadi modal.  Karena itulah, kita perlu melihat konteks kepada siapa Wesley mengalamatkan khotbah ini. Wesley tidak berbicara untuk para “kapitalis” atau anggota-anggota “kalangan atas” gereja, melainkan pada orang-orang dari kelas pekerja yang berpenghasilan minim, yang begitu sulit untuk menyumbang pelayanan diakonia gereja.  Karena itu, “menyimpan apa yang kita bisa” bukan dimaksudkan untuk menjadi kapital atau investasi, namun supaya hidup dalam kesederhanaan. Kemudian “memberi apa yang kita bisa” berarti adanya kehidupan yang saling membagi kepada yang miskin, bukan dengan kelebihan namun dalam kekurangan.
Kemiskinan
Wesley berpendapat bahwa sistem ekonomi industri hasil dari Revolusi Industri telah menghasilkan kesenjangan sosial yang begitu besar. Karena itu, ia menentang pendapat yang mengatakan bahwa orang miskin itu malas. Menurutnya, sistem yang ada memang lebih mengutamakan alat ketimbang manusia, bahkan kuda dan hewan ternak lebih diperhatikan karena menghasilkan untung besar daripada manusia. Hal inilah yang membuat situasi masyarakat semakin buruk dengan kriminalitas, kebodohan, dan sebagainya. Wesley kemudian berupaya mengubah situasi tersebut dengan mendirikan sekolah-sekolah bagi anak miskin, tempat bagi janda-janda, mengunjungi penjara-penjara untuk berkhotbah dan menyarankan perbaikan-perbaikan kondisi di sana, mendirikan lembaga peminjaman untuk melepaskan orang dari rentenir, menulis buku tentang pengobatan sederhana, dan sebagainya.
Perbudakan
Wesley berbicara dengan sangat keras untuk menentang perbudakan. Dalam tulisan-tulisannya, ia mengutuk perdagangan budak sebagai tindakan orang yang menjual budak dan yang membeli budak sebagai bukan manusia, melainkan serigala. Ia juga mengatakan bahwa tugas seorang Kristen adalah mewartakan pembebasan dari Allah dan menentang perbudakan. Selain itu, Wesley juga menentang hukum yang melegalkan perbudakan dengan mengatakan: “apakah hukum, hukum manusia, dapat mengubah hakikat alami seseorang?”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar